Planet Baru Ditemukan

Planet Baru Ditemukan

Bisnis.com, JAKARTA - Para astronom menemukan tujuh planet baru yang kondisinya 'digoreng' oleh bintangnya

Para astronom yang menggunakan data yang diperoleh dari teleskop luar angkasa Kepler milik NASA, telah mengidentifikasi tujuh planet yang mengorbit sebuah bintang di galaksi Bima Sakti.

Ke-tujuh planet itu terpanggang oleh bintangnya karena energi pancarannya.

Ketujuh planet tersebut lebih besar dari Bumi, yang terbesar dari empat planet berbatu di tata surya kita, namun lebih kecil dari Neptunus, yang terkecil dari empat planet gas di tata surya kita.

Semuanya memiliki orbit yang lebih dekat ke bintang induknya, yang disebut Kepler-385, dibandingkan jarak rata-rata Merkurius ke Matahari.

“Semua planet ‘digoreng’ lebih intens dibandingkan planet mana pun di tata surya kita,” kata astronom Jack Lissauer dari Pusat Penelitian Ames NASA di California, penulis utama studi yang akan dipublikasikan di Journal of Planetary Science dilansir dari Reuters.

Sebagian besar planet lain berukuran sekitar 2,4 kali lebih besar dari Bumi.

“Semua kemungkinan memiliki atmosfer yang tebal, dan panas di seluruh permukaannya, yang mungkin berada jauh di bawah puncak awannya,” kata Lissauer.

Planet terluar mengorbit sekitar 40% jarak Bumi-Matahari. Jaraknya sedikit lebih kecil dari jarak rata-rata antara Matahari dan Merkurius.

Peluang kehidupan di salah satu dari tujuh planet ini memang sangat kecil. Mungkin ada planet tambahan yang mengorbit lebih jauh dari bintang yang tidak kita ketahui karena lebih sulit dideteksi.

Khususnya, jika ada planet seukuran Bumi di sistem yang berjarak Bumi-Matahari.

Para ilmuwan hingga saat ini telah mengidentifikasi lebih dari 5.500 exoplanet planet di luar tata surya kita – dan menemukan ratusan bintang dengan banyak exoplanet.

Namun koleksi tujuh eksoplanet yang dimiliki Kepler-385 hanya diungguli oleh delapan eksoplanet yang diketahui mengorbit bintang bernama Kepler-90. Satu bintang lainnya, TRAPPIST-1, diketahui memiliki tujuh. Tata surya kita memiliki delapan planet.

Teleskop luar angkasa Kepler, misi perburuan planet pertama NASA, dihentikan pada tahun 2018. Teleskop ini mendeteksi exoplanet dengan mengamati penurunan kecil kecerahan bintang ketika sebuah planet melintas di depannya dari sudut pandang kita.

Studi baru ini mengkatalogkan sekitar 4.400 planet yang terlihat oleh teleskop sejak diluncurkan pada tahun 2009 hingga pensiun. Para ilmuwan terus menganalisis datanya, sebagaimana dibuktikan dengan identifikasi populasi eksoplanet Kepler-385.

Studi ini lebih lanjut menggambarkan bahwa ada banyak jenis sistem planet yang berbeda – dan banyak di antaranya mungkin tidak terlalu mirip dengan tata surya kita. Hampir pasti ada sistem planet yang berjumlah lebih dari delapan, namun teleskop sejauh ini belum cukup sensitif untuk mendeteksi planet ekstrasurya yang lebih kecil dengan baik.

Bintang Kepler-385 memiliki diameter dan massa sekitar 10% lebih besar daripada Matahari kita, namun lebih terang dan sedikit lebih panas. Letaknya sekitar 5.000 tahun cahaya dari Bumi. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam setahun, 5,9 triliun mil (9,5 triliun km).

Planet terkecil dari tujuh planetnya – 20% lebih besar dari Bumi – mengorbit paling dekat dengan bintang, pada jarak lebih dari 4% jarak antara planet kita dan matahari. Planet berikutnya berukuran sekitar 20% lebih besar dari planet terdalam.

“Keduanya kemungkinan besar berbatu, dan terkunci pasang surut, menunjukkan wajah yang sama terhadap bintangnya sepanjang waktu, seperti halnya bulan terhadap Bumi,” kata Lissauer. Hal ini membuat mereka sangat panas di dekat titik terdekat dengan bintang. Namun karena atmosfer mana pun kemungkinan besar sudah lama mendidih, belahan bumi yang menghadap jauh dari bintang akan selalu gelap dan sangat dingin.

Ditemukan, 10 Planet Baru di Galaksi Bima Sakti

Ini adalah contoh artikel. Liputan6.com, Wellington (20/5/2011): Sepuluh planet baru mengambang melalui galaksi ditemukan tim astronom internasional yang dipimpin ilmuwan Selandia Baru. Kesepuluh planet berukuran Jupiter itu merupakan penemuan baru dalam sejarah Galaksi Bima Sakti. Penemuan menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan ilmuwan komputer Universitas Massey, Wellington, Australia. Mereka planet raksasa di galaksi kita, sekitar ukuran Jupiter. Ternyata selam ini kesepuluh planet tersebut berada di suatu tempat di antara kita dan bintang-bintang, kata Ian Bond, seorang Astro Fisika, belum lama ini. Planet-planet itu diyakini berjarak sekitar dua-pertiga dari pusat galaksi, berjarak sekitar 25.000 tahun cahaya. Jika mereka terlihat dengan mata telanjang, planet-planet itu akan menjadi gelap gulita, karena mereka tidak memancarkan cahaya. Planet baru ini bisa saja dikeluarkan dari sistem surya karena pertemuan gravitasi dekat dengan planet lain atau bintang. Kemungkinan besar planet baru tumbuh dari keruntuhan bola gas dan debu, tapi tak memiliki massa untuk menyalakan bahan bakar dan menghasilkan cahaya bintang sendiri. Temuan itu menyebabkan para peneliti beraharap planet mengambang bebas seukuran Bumi yang dapat mendukung kehidupan. Meskipun hingga saat ini kemungkinan itu kecil, planet semacam itu belum terdeteksi.

Jalan R.A Kartini No. 25

0821-8926-6636 (Whatsapp)

www.smkn3palangkaraya.sch.id

TOI 700 d merupakan satu dari macam-macam planet baru. Transiting Exoplanet Survey Satellite atau TESS telah menemukan planet eksoplanet yang berpotensi dihuni pertama kali. Seukuran dengan Bumi dan mengorbit bintang sekitar 100 tahun cahaya dari Bumi, menurut badan tersebut.

Penemuan ini diumumkan pada pertemuan ke-235 American Astronomical Society pada Senin, 6 Januari 2020 di Honolulu. Planet ini adalah bagian dari sistem multi-planet di sekitar TOI 700, bintang kerdil yang berada di konstelasi Dorado.

Itu hanya sekitar 40% dari massa dan ukuran matahari kita, dengan setengah dari suhu permukaan. TOI 700 d merupakan satu dari tiga yang mengorbit bintang. Jaraknya tepat untuk mendukung air mencair di permukaan zona layak huni bintang.

Temuan ini menarik bagi para astronom karena ini adalah salah satu dari beberapa planet yang berpotensi dihuni, yang ditemukan di luar tata surya kita dan berukuran sebesar Bumi. TOI 700 d adalah yang terluar dari tiga planet, menyelesaikan satu orbit di sekitar bintang setiap 37 hari Bumi.

Dari bintangnya yang lebih kecil, planet ini menerima sekitar 86% energi yang disediakan matahari untuk Bumi. Planet ini dianggap terkunci secara tidal, artinya satu sisi selalu berada di siang hari.

Planet baru seukuran Bumi dikabarkan ditemukan. Planet ini bahkan disebut-sebut memiliki kemiripan dengan Bumi.

Planet ini mengorbit sebuah bintang kecil dan dingin yang diperkirakan bersinar 100 kali lebih lama dari Matahari.

Dikutip dari detikINET, dunia berbatu yang dinamai Speculoos-3b ini berjarak 55 tahun cahaya dari Bumi dan terdeteksi saat melintas di depan bintang induknya, katai merah ultra-dingin yang setengah panas Matahari dan 100 kali lebih terang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Planet yang baru ditemukan ini digambarkan berukuran hampir sama dengan Bumi, berputar mengelilingi bintang katai merah setiap 17 jam sekali, membuat satu tahun di planet ini lebih pendek daripada satu hari di Bumi.

Meskipun waktu yang tersedia di Speculoos-3b sangat singkat, siang dan malam tidak pernah berakhir. "Kami percaya bahwa planet berputar secara serempak, sehingga sisi yang sama, yang disebut sisi siang hari, selalu menghadap bintang, seperti halnya Bulan terhadap Bumi.

"Di sisi lain, sisi malam planet tersebut akan diliputi kegelapan tanpa akhir," kata Michaël Gillon, astronom di University of Liège di Belgia dan penulis utama studi yang dipublikasikan di Nature Astronomy tersebut, dikutip dari The Guardian.

Ini adalah sistem planet kedua yang ditemukan di sekitar bintang serupa, setelah terdeteksinya tujuh planet berbatu di sekitar Trappist-1, bintang katai merah lainnya yang berjarak 40 tahun cahaya dari Bumi.

Para peneliti melihat planet tersebut saat melintasi permukaan bintangnya sehingga menyebabkan peredupan cahaya bintang. Transit tersebut terdeteksi oleh jaringan teleskop robot global Speculoos (Search for Planets EClipsing ULtra-cOOl Stars).

Bintang katai merah ultra-dingin membentuk sekitar 70% bintang di galaksi kita dan bertahan selama sekitar 100 miliar tahun, menjadikan mereka pesaing untuk menjadi bintang terakhir yang bersinar di alam semesta. Karena sangat redup dan tersebar di langit, para astronom harus mengamatinya selama beberapa minggu untuk mendeteksi planet yang melintas di depannya.

Umur bintang katai merah yang panjang berarti planet-planet yang mengorbitnya mungkin cukup hangat untuk memunculkan kehidupan. Namun dalam kasus Speculoos-3b, kehidupan apa pun akan menghadapi lingkungan yang sangat keras. Orbit planet yang sempit menandakan Speculoos-3b dibombardir dengan radiasi, sehingga menerima energi hampir 16 kali lebih banyak per detik dibandingkan Bumi.

"Dalam lingkungan seperti itu, keberadaan atmosfer di sekitar planet ini sangat kecil kemungkinannya," kata Julien de Wit, ilmuwan planet di MIT dan salah satu direktur Speculoos Northern Observatory dan teleskop Artemis miliknya.

Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Ditemukan Planet Seukuran Bumi, Punya Siang dan Malam

All Channels MARKET NEWS ENTREPRENEUR SHARIA TECH LIFESTYLE OPINI MY MONEY CUAP CUAP CUAN RESEARCH

All Article Types Artikel Foto Video Infografis

Spesies ular anakonda baru ditemukan para ilmuwan di hutan hujan Amazon. Dikabarkan, spesies tersebut merupakan jenis ular yang terbesar di dunia.

Para ilmuwan yang bekerja di hutan hujan Amazon telah menemukan spesies ular anakonda baru, yang dikabarkan merupakan ular terbesar di dunia.

Awalnya, tim Universitas Queensland pergi ke Amazon Ekuador untuk mencari anakonda hijau utara (Eunectes akayima) yang sebelumnya tidak terdokumentasikan. Mereka diundang masyarakat Waorani mengamati anakonda yang dikabarkan terbesar yang pernah ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim tersebut bergabung dengan pemburu dalam ekspedisi 10 hari ke wilayah Bameno, sebelum mendayung menyusuri sistem sungai untuk menemukan beberapa anakonda bersembunyi di perairan dangkal, menunggu mangsa. Anakonda inilah yang diduga terbesar di dunia dan mereka namakan anakonda hijau utara (Eunectes akayima).

"Ukuran makhluk ini sungguh luar biasa, seekor anakonda betina yang kami temui berukuran panjang 6,3 meter," kata Profesor Bryan Fry, ahli biologi Universitas Queensland, yang memimpin tim tersebut.

Tim juga mengatakan telah mendengar bukti samar bahwa ular berukuran 7,5 meter dan berat 500 kilogram telah terlihat di daerah tersebut.

Anakonda hijau adalah ular terberat di dunia. Museum Sejarah Alam Inggris, mencatat bahwa ular terberat yang pernah tercatat berbobot 227 kilogram. Panjangnya 8,43 meter dan lebar 1,11 meter. Sementara spesies lain, ular sanca batik, cenderung lebih panjang, sering mencapai lebih dari 6,25 meter tapi lebih ringan.

Para ahli yang mempelajari makhluk tersebut menemukan bahwa spesies anaconda hijau utara yang diidentifikasi ini, menyimpang dari anaconda hijau selatan hampir 10 juta tahun yang lalu, dan perbedaan genetik mereka sebesar 5,5%.

"Ini cukup signifikan, sebagai perbandingan, manusia hanya berbeda sekitar 2% dari simpanse," kata Fry yang dikutip detikINET dari CNN. Temuan ini dijelaskan dalam jurnal MDPI Diversity.

Para peneliti juga memperingatkan Amazon menghadapi banyak ancaman. "Deforestasi di lembah Amazon akibat ekspansi pertanian diperkirakan mengakibatkan hilangnya habitat sebesar 20-31%, yang mungkin berdampak pada 40% hutan Amazon pada tahun 2050," kata Fry.

Degradasi habitat, kebakaran hutan, kekeringan dan perubahan iklim mengancam spesies langka seperti anakonda, yang hidup di ekosistem langka tersebut.

Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Spesies Baru Ular Terbesar di Dunia Ditemukan di Amazon

Setiap tahun ratusan spesies ikan air tawar ditemukan dan dideskripsikan oleh para ilmuwan untuk pertama kalinya, menurut laporan tersebut.

“Setiap penemuan baru membuktikan masih banyak keajaiban dunia di bawah permukaan sungai, danau, dan lahan basah di planet ini yang masih belum diketahui.”

Rata-rata, empat spesies ikan air tawar dideskripsikan setiap minggu tahun lalu dan, dengan sekitar sepertiga dari ikan air tawar terancam punah.

“Ini adalah perlombaan untuk menemukan dan mendeskripsikan spesies untuk memberi mereka peluang terbaik untuk bertahan hidup”.

"Setiap spesies baru memperdalam pemahaman kita tentang evolusi, menginformasikan pengetahuan tentang hubungan antara spesies, organisme lain dan lingkungannya, dan membantu menentukan prioritas konservasi”, kata Shoal.

Penemuan-penemuan tersebut dapat mengarah pada penelitian yang memperdalam pengetahuan tentang kehidupan manusia. Misalnya, otak besar Danionella, yang ditemukan di sungai keruh di Myanmar selatan, digunakan dalam penelitian neurofisiologis, dengan konsekuensi untuk memahami fungsi otak pada manusia.

"Makhluk kecil ini telah duduk di bawah hidung ahli saraf setidaknya selama lima tahun sebelum ditemukan sebagai spesies baru," kata laporan itu.

"Tampilan perilaku yang kompleks, ditambah dengan anatomi yang luar biasa di mana atap tengkorak hilang dan otak ditutupi oleh lapisan tipis kulit, telah membuat Danionella cerebrum menjadi model organisme dalam penelitian neurofisiologis."

Secara kebetulan, belut buta Mumbai berwarna merah terang, Rakthamichthys mumba, ditemukan di dasar lubang sumur 12m di halaman sekolah untuk orang buta. Ia tidak memiliki mata, sirip atau sisik dan merupakan spesies ikan air tawar bawah tanah pertama yang benar-benar buta yang dideskripsikan dari Ghats Barat Utara di India.

Wolverine pleco yang dinamai dengan tepat, Hopliancistrus wolverine, ditemukan di cekungan Rio Xingu di Brasil, memiliki tiga odontoda kokoh yang tersembunyi di bawah penutup insangnya, yang digunakannya secara defensif untuk menusuk apa pun yang mengancam. “Para peneliti melaporkan jari berdarah berulang kali saat menanganinya,” menurut laporan itu.

Ikan gobi Kijimuna dan Bunagaya yang “berwarna-warni”, Lentipes kijimuna dan Lentipes bunagaya, dari Okinawa, Jepang, dinamai berdasarkan roh hutan dari cerita rakyat pulau itu.

Para ilmuwan, kata laporan itu, berusaha keras untuk menemukan dan menggambarkan keanekaragaman ikan yang menakjubkan di planet ini, menghadapi masalah besar di sepanjang jalan, termasuk kurangnya sumber daya dan kurangnya minat pemerintah, “belum lagi kesulitan dan risiko yang terkait dengan pekerjaan lapangan di wilayah seperti Amazon dan hutan-hutan Asia Tenggara”.

“Mereka menghadapi perjuangan berat untuk menggambarkan keanekaragaman hayati yang luar biasa ini sebelum hilang selamanya. Di zaman kepunahan ini, ekosistem air tawar lah yang menjadi ujung tajam irisannya. Dengan segudang ancaman termasuk bendungan, polusi, penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, dan spesies invasif, sekitar satu dari tiga spesies ikan air tawar terancam punah.”

Shoal mengatakan edisi 2021 laporannya akan menjadi yang pertama dari rilis tahunan laporan spesies baru, untuk membantu meningkatkan kesadaran dan meningkatkan peluang konservasi keanekaragaman hayati air tawar menerima dana yang sangat dibutuhkan.

“Kami sangat senang dengan kesempatan untuk membantu menceritakan kisah spesies, dan berharap kami dapat menarik perhatian mereka, dan mendorong orang untuk bertindak membantu menyelamatkan mereka sebelum terlambat,” kata Mike Baltzer, direktur eksekutifnya.

Anda mungkin ingin melihat